Kamis, 24 Oktober 2013

Persewaan Tanggapan Jaranan dan Campursari Banyuwangi

Selamat datang di blogger kami
Persewaan Tanggapan Jaranan dan Campursari Banyuwangi

menyediakan :
Jaranan Buto
Campursari
Jenger
Reog
Dan Kami juga menerima paket Kesenian Banyuwangi lainnya


Murah dan Pasti Meriah
untuk berbagai hajatan
ulang tahun
sunatan / khitanan
pernikahan
atau tasyakuran lainnya

Silahkan datang dan buktikan sendiri, Bagi Kami Kepuasan Anda adalah Nomor SATU

Harga MASIH BISA NEGO !!!!!


Untuk Info Lebih Lanjut Hubungi:

Sakasay Ulum
 Dusun Sidomulyo
Rt.002/006
Muncar - Banyuwangi

Hp : 
Telkomsel : 0822 3033 8533
Exis : 08385 4144 171 
Indosat : 0856 3585 737


Jaranan Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi 
yang secara geografis terletak pada koordinat 7º 45’ 15” – 80 43’ 2” lintang selatan dan 113º 38’ 10” Bujur Timur selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa dan budaya lokal yang saling mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui diwilayah manapun dipulau Jawa.  


Selain itu, Banyuwangi juga memiliki keanekaragaman seni dan adat tradisi yang khas yang kerap mewakili Jawa Timur dalam even nasional maupun internasional. Salah satunya adalah kesenian Jaranan.


Kesenian Jaranan memang telah menyebar di tanah Jawa. 
Hampir di tiap daerah memiliki kesenian Jaranan ini. Begitu juga di Kabupaten Banyuwangi. Di Banyuwangi juga mempunyai kesenian Jaranan dengan berbagai variasinya, salah satunya adalah Jaranan Butho.
 
Menurut beberapa literatur, kesenian jaranan butho berasal dari desa Cemetuk Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. Kesenian ini adalah kesenian yang unik dan menarik. Istilah Jaranan Butho mengadopsi nama tokoh legendaris Minakjinggo (terdapat anggapan bahwa Minakjinggo itu bukan berkepala manusia, melainkan berkepala raksasa yang mana dalam bahasa jawa disebut Butho). Jaranan butho dimainkan oleh 16-20 orang yang dihimpun dalam 8 grup. Instrumen musik Jaranan Buto terdiri atas seperangkat gamelan yang terdiri dari 2 bongan (musik perkusi), 2 gong (besar dan kecil) atau kencur, sompret (seruling), kecer (instrumen musik berbentuk seperti penutup gelas yang terbuat dari lempengan tembaga), dan 2 kedang. Sebagai instrumen peraganya/utamanya adalah replika (penampang samping) kuda kepang yang berbentuk kuda raksasa yang terbuat dari anyaman bambu. 
 
Wajah raksasa (jaranan butho) didominasi warna merah menyala, dengan kedua mata yang besar sedang melotot. Kesenian ini biasanya dilakukan pada pukul 10.00 – 16.00 WIB. Pada puncak pertunjukan, biasanya penari jaranan butho mengalami kesurupan. Penari tersebut tidak sadar dan akan mengejar orang yang menggodanya dengan siulan. Selain itu, penari yang dalam keadaan kesurupan tersebut mampu memakan kaca, api, ayam hidup dengan memakan kepalanya hingga mati dan sebagainya.
 
Dalam kesenian ini didukung oleh seorang pawang yang bertanggung jawab terhadap penari-penari atau penonton yang ikut kesurupan. Ia bertugas membantu untuk menyadarkan kembali penari jaranan butho serta penonton yang ikut kesurupan.
 
Kesenian Jaranan Butho ini merupakan salah satu mahkota yang harus dilestarikan, dipelihara dan ditunjukkan kepada dunia luar, sehingga potensi ini dapat bermanfaat baik untuk masyarakat maupun pemerintah, terutama dalam meningkatkan pendapatran asli daerah.
 
SumberBy : Thulik Anam

Sejarah Jaranan

Sejarah Jaranan

Jaranan adalah seni yang memiliki sejarah yang cukup panjang asal . Seni ini lahir ketika kerajaan Jawa kuno mulai berdiri sehingga kita dapat mengatakan ini adalah seni tradisi leluhur masyarakat di Jawa Timur .

Seni jaranan ini dilarang oleh pemerintah ketika pemberontakan PKI . Isu yang beredar ketika itu mengatakan bahwa para seniman yang terlibat dalam organisasi PKI jaranan , sementara CPI dianggap sebagai musuh dan pengkhianat negara .

Oleh karena itu , banyak seniman jaranan ditangkap dan menjadi tahanan politik pada saat itu . Namun, sekarang , mungkin kembali dipentaskan seni. Bahkan , mendapatkan apresiasi yang baik dari dinas pariwisata Republik Indonesia .

Jaranan seni sebenarnya memiliki tangan penuh nilai-nilai magis atau spiritual dari masyarakat Jawa . Seni ini menampilkan aksi para penari bergoyang pada mainan kuda , atau sering disebut sebagai pelajaran kuda kepang atau kepang ( kuda adalah kuda untuk bahasa Jawa ) .

Tari kuda kepang diiringi oleh beberapa instrumen gamelan ( Jawa tradisional alat musik set ) , seperti gong , drum , terompet unisex alat musik , dan sebagainya. Meriah sekali .

Lalu , ada juga pawang siap untuk mengamankan seni ini jika para penunggang kuda mulai dimiliki atau dirasuki roh halus.

Dalam perkembangannya, ada seni jaranan dikombinasikan dengan seni yang lebih modern , yang melakukan variasi atas musik dan mencampurnya dengan jenis musik samroh , dangdut , atau campur sari .

Gerakan penari Jaranan juga mulai bervariasi . Masih dengan 24 gerakan yang mengikuti standar jaranan gerakan Wijaya Putra , ada 14 dengan pegangan gerakan Joyoboyo , dan gerakan adalah yang paling gerakan Ronggolawe pegangan ( gerakan 5-6 saja) . Bahkan , di Banyuwangi , ada jaranan buto jaranan variasilain seni .

Jaranan menikmati tontonan seni benar-benar menarik . Lihat gerakan penari yang lincah di kepang kuda sambil sesekali memutar-mutar kuda seolah-olah mereka benar-benar menunggang kuda hidup .

Terutama dengan musik yang cerdas ditambah aksesoris lainnya yang dapat menjadi cambuk atau bunyi bip setiap kali penari Krincing menginjak tanah. Spectacle yang begitu sarat dengan sejarah leluhur tidak pernah membosankan .

Salah satu hal yang paling unik dari seni ini adalah jika Anda bersiul atau terdengar seperti peluit yang menandakan jaranan menyebutnya , kemudian bersiap-siap untuk menjalankan karena Anda akan dikejar dan digulat oleh jaranan itu . 
Menyenangkan bukan? ? ? ? ? 
 YUKK KE BANYYUWANGI ...