yang secara geografis terletak pada koordinat 7º 45’ 15” – 80 43’ 2” lintang selatan dan 113º 38’ 10” Bujur Timur selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa dan budaya lokal yang saling mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui diwilayah manapun dipulau Jawa.
Selain itu, Banyuwangi juga memiliki keanekaragaman seni dan adat tradisi yang khas yang kerap mewakili Jawa Timur dalam even nasional maupun internasional. Salah satunya adalah kesenian Jaranan.
Kesenian Jaranan memang telah menyebar
di tanah Jawa.
Hampir di tiap daerah memiliki kesenian Jaranan ini.
Begitu juga di Kabupaten Banyuwangi. Di Banyuwangi juga mempunyai
kesenian Jaranan dengan berbagai variasinya, salah satunya adalah
Jaranan Butho.
Menurut beberapa literatur, kesenian
jaranan butho berasal dari desa Cemetuk Kecamatan Cluring, Kabupaten
Banyuwangi. Kesenian ini adalah kesenian yang unik dan menarik. Istilah
Jaranan Butho mengadopsi nama tokoh legendaris Minakjinggo (terdapat
anggapan bahwa Minakjinggo itu bukan berkepala manusia, melainkan
berkepala raksasa yang mana dalam bahasa jawa disebut Butho). Jaranan
butho dimainkan oleh 16-20 orang yang dihimpun dalam 8 grup. Instrumen
musik Jaranan Buto terdiri atas seperangkat gamelan yang terdiri dari 2
bongan (musik perkusi), 2 gong (besar dan kecil) atau kencur, sompret
(seruling), kecer (instrumen musik berbentuk seperti penutup gelas yang
terbuat dari lempengan tembaga), dan 2 kedang. Sebagai instrumen
peraganya/utamanya adalah replika (penampang samping) kuda kepang yang
berbentuk kuda raksasa yang terbuat dari anyaman bambu.
Wajah raksasa
(jaranan butho) didominasi warna merah menyala, dengan kedua mata yang
besar sedang melotot. Kesenian ini biasanya dilakukan pada pukul 10.00 –
16.00 WIB. Pada puncak pertunjukan, biasanya penari jaranan butho
mengalami kesurupan. Penari tersebut tidak sadar dan akan mengejar orang
yang menggodanya dengan siulan. Selain itu, penari yang dalam keadaan
kesurupan tersebut mampu memakan kaca, api, ayam hidup dengan memakan
kepalanya hingga mati dan sebagainya.
Dalam kesenian ini didukung oleh
seorang pawang yang bertanggung jawab terhadap penari-penari atau
penonton yang ikut kesurupan. Ia bertugas membantu untuk menyadarkan
kembali penari jaranan butho serta penonton yang ikut kesurupan.
Kesenian Jaranan Butho ini merupakan
salah satu mahkota yang harus dilestarikan, dipelihara dan ditunjukkan
kepada dunia luar, sehingga potensi ini dapat bermanfaat baik untuk
masyarakat maupun pemerintah, terutama dalam meningkatkan pendapatran
asli daerah.
SumberBy : Thulik Anam
Lucky Nugget Casino: Welcome Offer & Reviews - JamBase
BalasHapusIf you are 인천광역 출장마사지 a casino traveler and want to get งานออนไลน์ into gaming, 영주 출장안마 get this Lucky Nugget Casino bonus and 서산 출장마사지 enjoy the casino and all the top 포천 출장샵 slot